Sabtu, 01 Desember 2012

AFF 2012: Kontra Malaysia, Misi Balas Dendam Garuda?


PADA ajang Piala AFF 2010 dan Sea Games 2011 cabang sepak bola, Indonesia gagal menjadi juara pada babak final, di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), dan oleh musuh yang sama, Malaysia.

Dalam 2 tahun berturut-turut Garuda dan Garuda Muda harus gigit jari melihat Harimau Malaya dan Harimau Muda Malaya mengangkat trofi dan medali emas kemenangan di stadion kebanggaan Bung Karno yang dulu pernah menyerukan ‘Ganyang Malaysia’.

Pahit memang, mengingat sebelum final, Indonesia tampil perkasa dalam dua turnamen tersebut, baik di penyisihan grup maupun di babak semi final. Harapan rakyat Indonesia yang haus akan prestasi dibawa melayang setinggi langit dalam uforia serangkaian kemenangan di babak-babak awal, lalu dibanting keras ke bumi di akhir ajang.

Sore ini, Timnas Indonesia kembali harus menghadapi Timnas Malaysia di Stadion Bukit Jalil, arena yang menjadi saksi mata bagaimana Tim Merah Putih dibekuk tiga gol tanpa balas oleh tuan rumah dua tahun lalu.

Kini Timnas Indonesia memiliki pelatih dan pemain yang berbeda dari sebelumnya, sedangkan Timnas Malaysia masih diarsiteki Datuk K. Rajagopal, yang membawa Malaysia juara AFF 2010, serta dihuni oleh kombinasi skuad AFF 2010 dan Sea Games 2011.

Pada awal  perhelatan AFF 2012, Malaysia selaku tuan rumah dan juara bertahan diunggulkan bersama Singapura di grup B. Kenapa Indonesia tidak diunggulkan, meski menjadi runner-up pada AFF sebelumnya?

Mungkin ada dua alasan utama, yakni sejarah Indonesia yang tidak pernah juara kompetisi sepak bola negara-negara Asia Tenggara ini dan skuad Timnas yang dinilai lemah karena bukan dipilih dari pesepakbola, yang katanya, terbaik di Tanah Air.

Konflik internal dalam tubuh sepak bola Indonesia terjadi sejak munculnya dua liga usai AFF 2010 yakni ISL dan IPL, dua kepengurusan sepak bola yakni PSSI dan KPSI, lalu berujung pada dua tim yang sama-sama mengklaim sebagai tim nasional Indonesia.

La Nyala Mataliti, sebagai ketua KPSI, melarang keras pemain sepak bola di ISL untuk membela timnas yang diakui FIFA. Walhasil, Nil Maizar, mantan pelatih Semen Padang FC yang ditunjuk PSSI sebagai pelatih timnas, kekurangan stok pemain untuk diseleksi.

Nama-nama besar pesepak bola seperti Firman Utina, Ponaryo Astaman, dan Hamka Hamzah sempat menyatakan akan membela timnas dengan mengikuti pemusatan latihan di bawah arahan Nil.

Namun, tekanan dari klub dan KPSI membuat mereka menarik diri dan mengurungkan niatnya membela bangsa. Hanya Bambang Pamungkas (BP), pesepak bola ISL, yang berani mengambil risiko untuk maju menjadi punggawa timnas Garuda.

Pemain timnas lainnya datang dari pesepak bola IPL dan pemain naturalisasi. Semen Padang FC, sebagai Juara IPL 2011-2012, memberi kontribusi terbesar terhadap jajaran pemain Timnas, termasuk pelatihnya.

Hanya sekitar seperempat dari pemain timnas sekarang yang dikenal masyarakat, seperti BP, Elie Aiboy, Oktovianus Maniani, Andik Vermansyah, Irfan Bachdim, dan Wahyu Wijiastanto.

Selebihnya adalah nama-nama yang relatif baru dikenal, seperti Jhon van Beukering, Tonnie Cusell, Taufiq, Hamdi Ramdan, dan Endra Prasetya, Raphael Maitimo, Vendry Mofu dan lain-lain.

Timnas Indonesia dinilai lebih lemah, baik oleh pengurus KPSI maupun oleh timnas negara lain, bahkan oleh sebagian masyarakat Indonesia sendiri. Namun, pandangan ini mungkin ada benarnya mengingat 75% pemain timnas adalah nama baru yang belum berpengalaman.

Anggapan ini semakin dipertegas dengan hasil seri antara Indonesia dan Laos 2-2 di laga awal penyisihan grub B AFF 2012. Sepanjang sejarah, timnas Indonesia selalu menang atas Laos.

Bahkan kiper utama timnas, Endra Prasetya terkena kartu merah. Saat itu,

Saat itu, Nil mengaku rekor buruk ini diakibatkan terbatasnya persediaan pemain, minimnya pengalaman, dan grogi yang mendekap nama-nama baru itu.
 

Namun, pada laga berikutnya, Timnas kembali mencetak rekor baru, yang kini positif. Setelah untuk pertamakalinya ditahan imbang Laos, Indonesia juga untuk pertamakalinya mengalahkan Singapura dengan gol tunggal dari Andik Vermansyah.

Kemenangan yang mengejutkan ini memberi asa bagi Indonesia untuk lolos ke babak berikutnya karena memimpin grup B sementara dengan poin 4. Indonesia hanya butuh hasil seri, sedangkan lawannya butuh kemenangan untuk dapat tiket semifinal.

Masalahnya, lawan terakhir Indonesia di penyisihan grup ini adalah Malaysia, rival abadi Indonesia, tidak hanya di kancah sepakbola, melainkan juga di banyak bidang, mulai dari kebudayaan hingga geopolitik.

Meski dipermalukan Singapura pada laga pertamanya dengan skor telak 0-3, Malaysia tampi beringas menekuk Laos 4-1 pada laga berikutnya. Rajagopal sendiri menyatakan akan menginstruksikan anak asuhnya untuk tampil agresif guna meraih kemenangan.

Jika, Indonesia menang pada laga sore ini, maka kemungkinan besar Indonesia akan memupuskan harapan Malaysia untuk mempertahankan gelar juara. Selain itu, bermain di Stadion Bukit Jalil, memberi kesempatan kepada BP cs untuk membalaskan dendamnya.

Namun Nil menolak menganggap laga ini sebagai ajang balas dendam. “Saya tidak mau bilang ini sebagai laga balas dendam. Saya hanya ingin anak-ank sungguh-sungguh bermain,” tegasnya sebagaimana yang dikutip detikSport (30/11).

Nil menyatakan siap meladeni Malaysia yang akan tampil ngotot. Dia juga menyatakan tidak akan mengincar hasil seri. “Kita tidak berpikir draw saat lawan Malaysia. Kita harus meraih hasil yang terbaik,” katanya, sebagaimana yang dikutip Bola.net (29/11).

Memang statistik dan komposisi pemain bukan faktor utama yang menentukan siapa pemenang dalam laga sore ini. Ada faktor non-teknis lain yang sangat berpengaruh, yakni mental.

Timnas Indonesia pasti tidak mau anggapan sebagai tim berkualitas rendah terbukti dengan kalah dari Malaysia dan Malaysia pasti tidak mau menanggung malu di kandang sendiri dengan tidak lolos penyisihan grup, apalagi oleh  Indonesia. Kita lihat saja nanti.

Namun, apapun hasilnya, perjuangan Timnas Merah Putih di Malaysia sebaiknya diapresiasi karena mereka di sana bukan untuk mewakili sekelompok orang, apalagi hanya mewakili Ketum PSSI Djohan Arifin, melainkan berjuang demi bangsa Indonesia, meski di tengah konflik, dirudung berbagai masalah, dan terjebak oleh keterbatasan.

Timnas tidak mengharapkan bonus besar dari PSSI, tidak mengharapkan tampil di berbagai acara, iklan, atau bahkan sinetron di televisi. Mereka hanya mengharapkan dukungan dan doa seluruh rakayat Indonesia yang mereka tengah bela martabatnya di mata dunia.

“Masyarakat boleh benci PSSI dan KPSI, tapi jangan membenci timnas karena kami mengharapkan dukungan dari masyarakat Indonesia,” kata Andik yang diwawancara RCTI usai laga kontr Singapura. (if). sumber

Simpan tulisan atau Kode Script yang sobat kehendaki di sini -> Untuk kolom sebelah kanan